Anda Tidak Sendiri

Kesepian anda bukan karena tiadanya orang disekitar anda. Namun tiadanya seseorang dihati anda. Anda dapat kehilangan saat-saat berharga. Yaitu ketika suatu saat anda merasa enggan memberikan bantuan pada orang yang membutuhkan. saat mengulukan pertolongan, tanpa sadar anda menjalin hati anda dan hati orang lain dengan dawai emas yang tak tampak. Dawai itu bernama persaudaraan. semakin banyak anda menjalin dawai, semakin jauh anda dari kesepian. karena dawai-dawai itu akan mendentingkan nada-nada yang memenuhi dan menghibur jiwa.
bangkitlah dan tebarkan uluran tangan anda. segaris senyum dan tatapan mata yang bersahabat cukup untuk membangunkan bahwa anda sama sekali tidak sendiri..

Label:

Menyatukan Pandangan

Menikah adalah sebuah pekerjaan besar, penting dan mulia. Penting bagi kemanusiaan, penting bagi orang yang bersangkutan, dan masyarakatnya. Namun bagi dua insan yang akan bersatu menyatukan pandangan merupakan tugas yang harus mereka selesaikan sebelum melangkah ke pelaminan agar pernikahan mereka bermanfaat bagi diri mereka sendiri, keluarga maupun masyarakatnya. Sebuah keluarga berantakan tak dapat menjadi pelita bagi keluarga-keluarga lain disekitar mereka.

Banyak pasangan pra-nikah (baca:pacaran) yang beralasan bahwa memperpanjang hubungan sebelum menikah merupakan cara untuk saling mengenal. Namun pada kenyataannya, pacaran bertahun-tahun tidak menghalangi mereka kemudian bercerai setelah menikah beberapa tahun. Ada apa? Apa yang salah?

Pacaran jelas bukan jalan bagi para pemuda muslim untuk mencari keberkahan dari Allah SWT. Hubungan pranikah yang dibenarkan dalam Islam namanya ”ta’aruf” atau proses ”saling berkenalan”. Dalam ”ta’aruf” ini, kedua calon pasangan boleh berinteraksi, namun harus tetap dalam batas-batas aturan pergaulan Islami, termasuk tidak boleh berdua-duaan tanpa orang ketiga, tak boleh bersentuhan dan apalagi yang lebih dari itu.

Dalam berpacaran, batas-batas tersebut tak ada sehingga tidak jarang dua sejoli yang belum menikah menjadi kebablasan dalam berhubungan. Mirisnya, kebablasan itu terjadi bahkan sebelum kesatuan pandangan antara keduanya terbentuk dengan matang.

Kerugian lain dari pacaran adalah karena dilandasi berbagai aroma romantisme, suasana dialog yang lebih rasional menjadi sulit terbentuk sehingga berbagai masalah serius menjadi sulit dibicarakan tanpa dibumbui romantisme yang seringkali malah mengelabui keadaan yang sebenarnya. Bahkan demi romantisme, tidak jarang masing-masing pihak berusaha menutup-nutupi sifat-sifat aslinya.

Jadi apa yang penting dilakukan dalam proses ”ta’aruf” ini? Nabi Muhammad SAW menyebutkan tiga alasan mengapa seorang wanita dipilih sebagai istri dan hanya satu alasan yang dianjurkan untuk diambil, yaitu kebagusan agamanya.

Meskipun arahan Nabi SAW terlihat sangat umum, namun memang itulah ”platform” yang paling penting bagi calon suami maupun istri. Dengan agama, segala perbedaan pendapat dapat antara suami istri Insya Allah dapat diselesaikan sebab Islam sudah menyediakan jawaban persoalan dengan cukup rinci, asalkan keduanya memiliki komitmen yang sama untuk menyelesaikan masalah dan memang masih berkeinginan untuk bersama.

Masalahnya adalah bagaimana mengenali kesamaan komitmen ini? Bagaimana mengangkatnya dalam pembicaraan dengan calon pasangan?

Pepatah mengatakan: ”tak kenal maka tak sayang”. Ada juga istilah ”jangan beli kucing dalam karung”. Kedua ungkapan ini benar adanya. Proses ”ta’aruf” memang dimaksudkan untuk saling mengenal satu sama lain, terutama untuk hal-hal yang penting.

Banyak pasangan calon suami istri yang mengabaikan detil-detil penting dalam berkenalan dan lebih mementingkan hal-hal yang lebih bersifat permukaan, misalnya aspek wajah, kecantikan, kegantengan, warna kulit, tinggi badan, dan lain-lain termasuk kekayaan. Padahal semua itu hanyalah ’sedalam kulit’ dalam arti sebenarnya.

Apa yang hanya sebatas sedalam kulit akan mudah berubah atau berganti, sedangkan kedalaman berpikir dan keimanan akan melandasi semua yang dipikirkan dan dilakukan oleh seseorang sepanjang hayatnya.

Jika kita harus berinteraksi dengan seseorang untuk jangka waktu yang lama, jika kita akan melalui masa senang dan sulit bersama-sama, maka kecantikan atau kegantengan tak terlalu penting, sifat dan sikapnyalah yang akan membuat kita betah atau tidak.

Berikut ini ada beberapa poin yang perlu anda perhatikan:

Pertama, kenalilah calon pasangan anda. Apakah ia seorang yang memiliki komitmen terhadap agamanya? Apakah ia konsisten menjalankannya? Apakah ia selalu memperdalam pengetahuan agamanya? Apakah ia siap berubah sesuai arahan NabiNya SAW?

Kedua, amati bagaimana caranya mengatasi masalah hidup. Apakah ia mencari arahan dari Al Qur’an atau Sunnah Nabi SAW? Apakah ia cukup sabar dan tidak mengeluh dan menyalahkan nasib?

Ketiga, kenali bagaimana calon anda dalam menghadapi saat-saat senang atau gembira? Apakah ia mudah bersyukur? Apakah dalam bergembira ia tidak berlebihan?

Keempat, bagaimana caranya berinteraksi dengan anda dan orang lain? Apakah mudah berkomunikasi atau sulit? Apakah sering mengumbar janji muluk dan kata pujian? Dalam berbicara apakah siap bermusyawarah atau lebih suka menang sendiri? Apakah ia mudah menghargai orang lain?

Kelima tentang sikap dan pandangannya tentang diri sendiri? Apakah ia terlalu percaya diri? Ataukah percaya diri secara proporsional dan berdasar? Apakah ia minder dan mudah putus asa?

Keenam, tentang sikap terhadap ilmu, apakah berwawasan luas dan mau belajar ataukah lebih suka membatasi minat dan perhatiannya terhadap hal-hal yang sempit?

Ketujuh, bagaimana sikapnya terhadap atasan dan bawahan dirinya? Apakah ia terlalu takut pada atasan? Apakah ia sewenang-wenang terhadap bawahan?

Kedelapan, kenalilah selera-seleranya, apakah ada yang sangat bertentangan dengan anda sendir? Apakah tidak bisa saling memahami perbedaan selera ini?

Kesembilan, kenali keluarganya. Apakah ada hal-hal yang perlu menjadi catatan seperti apakah calon mertua sangat dominan terhadap anaknya ataukah biasa-biasa saja?

Mungkin masih banyak contoh-contoh pertanyaan dan pengamatan yang dapat diujikan kepada calon pasangan. Cari tahulah dengan berbagai cara, baik bertanya langsung, bertanya ke pada orang-orang dekatnya atau mengamati.

Sesudah mengumpulkan berbagai bahan ini, kemudian diskusikanlah dengannya beberapa hal berikut:

1. Bagaimana atau dari mana akan mengambil sumber hukum dalam kebijakan rumahtangga? Darimana sumber hukumnya dan bagaimana proses penetapan keputusannya?

2. Bagaimana cara menghadapi perbedaan pendapat dan ke mana mencari penengah?

Diskusikan juga berbagai hal kecil namun mungkin penting, misal akan tinggal di mana kelak? Dari mana sumber penghasilan keluarga? Apakah ada diantara anda berdua yang masih ingin melanjutkan sekolah? Apakah istri kelak akan bekerja? Bagaimana mengasuh anak? Dan masih banyak lagi, namun pilihlah yang bagi anda lebih penting.

Jika ha-hal ini sudah dibicarakan dan ternyata tak ada masalah atau perbedaan pendapat yang terlalu tajam antara anda berdua, barulah dapat dikatakan Insya Allah anda berdua cocok. Wallahua’lam (www.eramuslim.com)

Milikilah Rasa Malu

Segalanya telah dimilikinya. Rumah megah dilereng bukit. Mobil mewah berderet-deret dihalaman parkir. Tanahnya puluhan hektar. Investasinya di mana-mana. Simpanan uang di bank-bank tak ternilai. Kekayaannya sudah lebih. Tak ada lagi yang kurang. Dalam hal kenikmatan dan kemegahan dunia, tak ada lagi yang diperlukan. Serba cukup. Barangkali hanya satu, yang masih belum dimilikinya, yaitu rasa malu.

Dalam hidupnya tak seperti kebanyakan orang. Di mana orang-orang harus bekerja dengan keras untuk mendapatkan uang. Orang harus berangkat pagi, sebelum fajar pergi ke kota untuk bekerja. Membanting tulang. Larut malam baru pulang. Itupun terkadang yang didapatkannya belum pasti. Bagi kebanyakan orang hidupnya penuh dengan ketidakpastian. Seakan umurnya itu habis di jalan, hanya mengejar yang tak pasti. Berjam-jam menempuh perjalanan menuju tempat kerja. Itupun yang didapatkan terkadang belumlah mencukupi.

Tetapi, ada orang yang tidak mencari uang, justru uang yang mengejarnya, mendatanginya, dan datang dengan uang yang berlimpah-limpah. Ia hanya duduk-duduk di beranda rumahnya, dan orang-orang datang mengunjunginya.

Orang datang ingin mendapatkan restu, dukungan, dan pengesahan. Mereka yang datang ingin mendapatkan dunia. Harta, jabatan, kekuasaan, dan kenikmatan hidup lainnya. Itulah yang sekarang menjadi ‘ilah-ilah’ baru di zaman modern ini. Banyak orang yang berjudi dengan hidup, yang bertujuan ingin mendapatkan simbol-simbol kenikmatan dunia.

Orang-orang yang mengejar jabatan, kedudukan, kekuasaan, dan kenikmatan dunia lainnya itu, kemudian mereka datang kepada empunya, yang dipercaya dapat memberikan jaminan dan kelayakan bagi dirinya menjadi pejabat, memiliki kedudukan, memiliki kekuasaan, dan mendapatkan kenikmatan dan kemuliaan dunia. Bagi mereka pencari kenikmatan dan kemuliaan dunia, yang berusaha mendapatkannya, dan pasti akan menemui empunya, yang menjadi pembuka kunci bagi tercapainya tujuan itu, serta tak segan-segan memberikan dan mengabulkan permintaan apa saja yang menjadi kehendak empunya.

Sekarang di zaman demokrasi, segalanya ditentukan oleh partai-partai, dan menuju jabatan, kedudukan, dan kekuasaan, yang diinginkan oleh bagi semua orang yang menginginkannya, kunci dan pintu pembukanya adalah para pemegang kuasa partai. Suka atau tidak suka. Mereka yang ingin mendapatkan kenikmatan hidup berupa jabatan, kedudukan, dan kekuasaan, semua pintunya melalui partai, dan para pemegang kuasa partai.

Tentulah, segala kerusakan dan kebobrokan yang ada sekarang ini, manakala semua orang-orang yang memegang kuasa, tidak lagi memiliki ‘itijah’ (orientasi) kepada kehidupan akhirat, dan hanyalah kepada kenikmatan dunia, maka sekecil apapun, ketika ia memiliki kuasa, pasti kekuasaan itu akan diorientasikan untuk mendapatkan kenikmatan dunia sebesar-besarnya. Tidak mempedulikan segala akibatnya yang akan timbul.

Abu Mas’ud Uqbah bin Amr al-Anshari al-Badri ra, berkata, Rasulullah Shallahu alaihi wa salam bersabda, “ Sesungguhnya sebagian yang masih diingat orang dari ajaran para Nabi terdahulu, “Jika tidak malu, berbuatlah sesukamu”. (HR. Bukhari)

Makna malu adalah mencegah dari melakukan segala sesuatu yang tercela, maka sesungguhnya memiliki malu, pada dasarnya, seruan untuk mencegah segala maksiat dan kejahatan. Rasa malu adalah ciri khas kebaikan, yang senantiasa diinginkan oleh manusia. Mereka melihat bahwa tidak memiliki rasa malu adalah aib. Rasa malu merupakan bagian dari kesempurnaan iman. “Malu adalah bagian dari keimanan”, dan dalam hadist lainnya “Rasa malu selalu mendatangkan kebaikan”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Ahmad dan Tirmidzi meriwayatkan secara marfu’ (bersumber dari sabda Rasulullah), bahwa Ibnu Mas’ud, “Merasa malu kepada Allah adalah dengan menjaga kepala dan apa yang dipikirkannya, perut dan apa yang ada didalamnya, dan selalu mengingat mati dan cobaan. Barangsiapa yang menghendaki akhirat, maka akan meninggalkan perhiasan dunia. Dan siapapun yang melakukan hal itu tersebut ia telah memiliki rasa malu kepada Allah”.

Jika dalam diri manusia tidak ada lagi rasa malu, baik yang bersifat bawaan maupun yang diusahakan, maka tidak ada lagiyang menghalangi untuk melakukan perbuatan keji dan hina. Bahkan menjadi seperti orang yang tidak memiliki keimanan sama sekali, sehingga tidak berbeda degan golongan syetan.

Seperti dikatakan Baginda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam, “Jika tidak malu, berbuatlah sesukamu”. Ini menggambarkan betapa orang yang tidak memiliki lagi malu, pasti ai akan berbuat dan bertindak sesuka hatinya, tanpa lagi mempedulikannya.

Berdusta, berbohong, berkhianat, memberikan wala’nya (loyalitasnya) kepada musuh-musuh Allah, seraya mengatakan sebaagai kemenangan. Menerima sogok dan suap, diangap sebagai shadaqah dan jariyah. Uang-uang yang suhbhat dianggapnya sebagai yang halal. Bahkan, yang haram pun dianggapnya sebagai halal, yang dapat digunakan untuk mencapai tujuannya, terutama menggapai kenikmatan dunia.

Tak ayal lagi sekarang ini, kalangan orang-orang yang mengerti tentang ‘din’ sekalipun mereka berlomba-lomba dalam rangka untuk melaksanakan kebersamaan dalam “ta’awanu alal ismi wal udwan”, bersama-sama dalam mengusung kebathilan, dan menegakkan yang fasik, dan durhaka kepada Allah, meskipun selalu mereka berdalih dalam rangka mencapai kemenangan Islam.

Mereka sudah tidak lagi memiliki rasa malu di depan Allah Azza Wa Jalla, berbuat maksiat dan durhaka, justru mereka merasa menjalankan perintah-Nya. Inilah kehidupan orang-orang yang sudah kehilangan rasa malu. Wallahu’alam.(www.eramuslim.com)

Orang Yang Selalu Menempati Ucapannya

Begitu indahnya hamparan bumi. Udara yang terus memberi oksigin kehidupan. Tak pernah terbatas bagi manusia. Angin bertiup setiap pagi dengan sejuk, menciptakan kelembutan dalam kehidupan. Burung-burung berkicau, dan binatang lainnya, berkerjaran dan semuanya menandakan adanya kehidupan.

“Siapa yang menciptakan langit dan bumi, mampu menciptakan kembali yang serupa (jasad mereka yang sudah hancur itu)? Benar, dan Dia Maha Pencipta, Maha Mengetahui”. (Al-Qur’an, Yaasin : 81).

Subhanallah. Alangkah besar kekuasaan Allah Azza Wa Jalla. Umar Ibn Khattab r.a. berkata , “Demi Allah, sekiranya tidak ada hari Kiamat,niscaya keadaan seperti yang kalian saksikan”. Maksdunya, apa yang dikatakan Umar Ibn Khattab r.a. itu, seandainya tidak ada hari kebangkitan, tentu yang kuat akan memangsa yang lemah, orang-orang zalim akan merajalela, dan para tiran akan berubat angkara murka. Mereka akan terus melakukan kerusakan di muka bumi, tanpa henti-hentinya. Karena, mereka mengira bahwa segala perbuatan mereka, tanpa mendapatkan ganjaran. Tapi, kelak sesudah hari kebangkitan di akhirat, tidak ada manusia yang tidak mendapatkan balasan. Semuanya, mendapatkan balasan, sesuai dengan amal yang telah mereka kerjakan selama di bumi ini. Tak terlepas para tiran yang durjana dan orang-orang zalim, mereka tak akan terlepas dari hukuman dari Allah Azza Wa Jalla.

Hai orang yang lupa daratan, bayangkan dirimu berdiri
di hari kiamat, sementara langit berguncang dahsyat,
jika dikatakan Nuruddin datang sebagai muslim,
waspadalah jika kamu datang tanpa punya cahaya,
kamu jauhi c awan arak, enggan mereguknya,
tapi ‘cawan-cawan haram’ yang lain tetap beredar sekelilingmu.

Kapan engkau akan menghisab dirimu, yang sudah penuh dengan lumuran dosa, dan pengadilan (hisab) dari Allah Rabbul alamin, pasti akan tiba. Tidak ada satupun manusia di alam raya ini, nanti dapat selamat dari pengadilan dan janji Allah Rabbul Aziz ini.

Nabi Ibrahim suatu hari melihat bangkai seekor hewan yang mati di tepi pantai dan dimakan binatang buas. Ia memperhatikannya dengan penuh keheranan. “Bagaimana Allah akan mengembalikan bentuknya pada hari kiamat , kalau dia sudah dimakan binatang buas dan burung liar?”.
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perhatikanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati’. Allah berfirman, Belum percayakah engkau?’ Dia (Ibrahim) menjawab, Aku percaya, tetap agar hatiku (tenang) mantap”. Al-Baqarah, 260)

Hai orang yang ragu akan kekuasaan Allah. Hai oran yang meragukan kebangkitan. Tunggu saja saatnya Allah membangkitkan seluruh manusia dari pertama hingga terakhir, ketika Dia menyeru untuk menghadapi hari yang tidak diragukan. “Pada hari itu mereka mengikuti (panggilan) penyeru (malaikat) tanpa berbelok-belok (membantah)”. (Thaha : 108)

Sungguh! Tidak ada gunanya kekayaan
Ketika napas tersengal di dada.

Itulah bait dari karya Hatim ath-Tha’i, dermawan Arab yang kerdermawanannya tidak berguna bagi dirinya, sebab ketika hidup ia tidak melakukan persiapan-persiapan guna menghadapi saat menjelang datangnya kematian. Adi bin Hatim bertanya kepada Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah. Ayahku dahulu senantiasa memuliakan para tamu, meringankan beban orang lain, dan membantu menegakkan kebenaran. Lalu, jawab Rasulullah, “Tidak! Ayahmu dulu mengharapkan sesuatu dan ia telah mendapatkannya”, ucap Rasulullah.

Maksud bait syair Hatim diatas adalah , demi Allah, tidak berguna kekayaan, kedudukan, ataupun pangkat, apabila dada sudah sesak, dan nyawa sudah didekat kerongkongan, dan sakaratul mau telah menjemput. Semuanya pupus.

Umar jujur dalam do’anya. Sesampainya di Madinah, sebagian shahabat berkata, “Wahai Amirul Mukminin, anda berharap mati syahid di Madinah?! Orang yang menginginkan mati syahid mestinya pergi medan pertempuran”, ucap seorang shahabat. “Begitulah aku bermohon. Semoga Allah mengabulkan permohonanku itu, jawab Umar.

Pada suatu malam, Umar bermimpi seakan seekor ayam kalkum mamatuknya tiga kali. Beliau lantas menanyakan mimpi itu kepda orang-orang yang ahli menakwil mimpi. Mereka memeritahunya, “Anda akan dibunuh oleh seorang lelaki non-Arab”.

Kemudian, Umar menitipkan diri kepada Allah, dan pergi melaksanakan shalat shubuh, dan saat itulah Umar ditikam di mihrab dan mati syahid, di tempat yang paling bagus, dan sedang melaksakan kewajiban yang paling mulia. Orang-orang pun menggotongnya. Umar bertanya, “Sudah selesaikah aku shalat shubuh?”. “Belum’, jawab mereka. Lalu, Umar pingsan. Tatkala pipinya diletkkan diatas bantal, Umar berkata, “Angkatlah bantal ini dari bawah kepalaku! Letakkan kepalaku diatas tanah. Semoga Allah merahmatiku”, ucapnya lirih.

Ibnu Mas’ud r.a, berkata, “Masuknya engkau ke dalam Islam adalah kemenangan, hijrahmu adalah penaklukan, da pemerintahanmu adalah rahmat”, ucapnya. “Engkau telah berindak sebagai orang yang shadiq”, tambah Ibnu Mas’ud. Wallahu’alam.(www.eramuslim.com)

cara-cara mencari jodoh yang sesuai dengan aturan Allah SWT

Adapun cara-cara mencari jodoh yang sesuai dengan aturan Allah SWT ada dua, yaitu :
1. Melalui perantara.
Perantara bisa siapa saja, temen dekat yang dipercaya, orang tua, guru ngaji. Mereka bisa dimintai tolong untuk mencarikan jodoh untuk kita.

2. Mencari sendiri tanpa melalui pacaran.
Cara yang kedua ini mungkin sulit bagi sementara orang. Bagaimana bisa mencari jodoh sendiri tanpa melalui pacaran? Bukankah pacaran merupakan sarana untuk mengenal calon pasangan kita? Lalu dapatkah dijamin kita akan cocok dengan pasangan kita jika tidak melalui pacaran? Jawabannya adalah : bisa!. Bisa menikah tanpa pacaran dan bisa cocok sampai hayat di kandung badan. Nenek moyang kita telah mempraktekkan hal tersebut sejak lama dan terbukti cocok. Bahkan sekarang ini malah kita menyaksikan sendiri bahwa angka perceraian semakin tinggi, justru ketika budaya pacaran menjadi umum dalam masyarakat kita. Ternyata pacaran tidak menjamin kecocokan dalam berumah tangga. Jadi, cocok atau tidaknya kita dengan pasangan bukan karena pacaran, tetapi karena kesiapan untuk menerima pasangan kita apa adanya. Walau tidak pacaran, tetapi hati dan mental kita lebih siap (ikhlas) untuk menerima kekurangan dari pasangan, maka rumah tangga kita akan langgeng sampai akhir hayat. Sebaliknya, walau pacaran bertahun-tahun tapi ternyata mental dan hati kita tidak siap menerima kekurangan pasangan, maka pernikahan akan mudah bubar dalam waktu yang singkat.

Cara mencari sendiri tanpa pacaran adalah dengan cara ‘menembak’ (langsung mengutarakan keinginan untuk menikahi orang yang kita taksir). Contohnya adalah ketika Khadijah ra meminta Nabi Muhammad saw untuk menikahinya. Cara ini biasanya didahului dengan mencari informasi tentang orang yang akan kita “tembak” tersebut. Cara mencari informasinya bisa melalui teman akrabnya, gurunya, dan orang-orang terdekat dengannya. Cara yang ditempuh harus smooth (halus), sehingga tidak terkesan terlalu agresif. Lalu dilanjutkan dengan memberikan sinyal kepada orang yang kita taksir tersebut apakah ia siap untuk kita ajak menikah. Kalau sinyalnya positif, maka kita bisa menyampaikan hasrat kita kepadanya. Bisa melalui perantara atau bisa juga langsung mengutarakan kepadanya. Kalau diterima alhamdulillah dan kalau pun ditolak jangan sakit hati.

Sekarang ini, akibat ghozwul fikri (perang pemikiran), mencari jodoh dianggap sebagai hak pribadi semata dan melupakan pertimbangan sosial (pertimbangan orang-orang di sekitarnya). Atas nama cinta mereka memaksakan diri menikah dengan orang-orang yang menurut pandangan sosial sebetulnya tidak cocok untuk menjadi jodoh mereka. Atas nama cinta, mereka rela merusak hubungan dengan orang tua dan keluarga besar karena menikah dengan orang yang beda agama atau beda akhlaq (life style). Hal ini tidak benar. Mencari jodoh dan menikah dalam Islam adalah masalah sosial. Jadi perlu melibatkan banyak orang untuk dimintai pertimbangan, termasuk salah satunya adalah orang tua kita.

sebaiknya Anda tidak mendekati perempuan yang sudah punya pacar. Hal itu dapat menimbulkan masalah sosial, yaitu hubungan yang kurang baik dengan orang lain (dalam hal ini adalah dengan pacar perempuan tersebut). Sebaiknya Anda mencari perempuan yang sendirian, lalu tidak usah melalui proses pacaran yang lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Ikuti langkah-langkah yang diajarkan Islam, niscaya hidup Anda akan lebih selamat dan berkah.(www.

Tiga Ucapan untuk Tiga Kondisi

Hidup di dunia bagi seorang mukmin merupakan daftar panjang menghadapi aneka ujian yang datang dari Allah Sang Pencipta Yang Maha Berkehendak lagi Maha Kuasa. Terkadang hidup diwarnai dengan kondisi suka dan terkadang dengan kondisi duka. Seorang mukmin tidak pernah mengeluh apalagi menyalahkan Allah ketika sedang diuji dengan kesulitan hidup. Ia selalu berusaha untuk tetap bersabar manakala ujian duka melanda hidupnya. Sebaliknya seorang mukmin tidak bakal lupa bersyukur tatkala sedang diuji dengan karunia kenikmatan dari Allah. Demikian indah dan bagusnya respon seorang mukmin menghadapi aneka ujian hidup sehingga Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengungkapkan ketakjuban beliau.

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ

ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ

خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan orang beriman! Sesungguhnya semua urusannya baik. Dan yang demikian tidak dapat dirasakan oleh siapapun selain orang beriman. Jika ia memperoleh kebahagiaan, maka ia bersyukur. Bersyukur itu baik baginya. Dan jika ia ditimpa mudharat, maka ia bersabar. Dan bersabar itu baik baginya.” (HR Muslim 5318)

Bahkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengajarkan kita agar memberikan respon yang sesuai untuk setiap kondisi ujian yang sedang datang kepada diri seorang mukmin. Dalam hadits di bawah ini sekurangnya Nabi mengajarkan tiga jenis ucapan berbeda untuk merespon tiga jenis kondisi ujian yang menghadang seorang mukmin dalam hidupnya di dunia.

من أنعم الله عليه بنعمة فليحمد الله ومن استبطأ الرزق

فليستغفر الله ومن حزبه أمر فليقل لا حول ولا قوة إلا بالله

”Barangsiapa dikaruniai Allah kenikmatan hendaklah dia bertahmid (memuji) kepada Allah, dan barangsiapa merasa diperlambat rezekinya hendaklah dia beristighfar kepada Allah. Barangsiapa dilanda kesusahan dalam suatu masalah hendaklah mengucapkan "Laa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil'adzhim." (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung)" (HR. Al-Baihaqi dan Ar-Rabii')


Pertama, saat menghadapi kondisi memperoleh kenikmatan. Dalam kondisi seperti ini seorang mukmin diharuskan mengucapkan pujian bagi Allah, yaitu mengucapkan Alhamdulillah. Sebab dengan dia mengucapkan kalimat yang menegaskan kembali bahwa segala karunia berasal hanya dari Allah, maka berarti ia menutup segala celah negatif yang bisa jadi muncul dan diolah setan, yaitu menganggap bahwa kenikmatan yang ia peroleh adalah karena kehebatan dirinya dalam berprestasi. Setan sangat suka menggoda manusia dengan menanamkan sifat ’ujub atau bangga diri bilamana baru meraih suatu keberhasilan atau kenikmatan. Manusia dibuat lupa akan kehadiran Allah yang pada hakekatnya merupakan sumber sebenarnya dari datangnya kenikmatan. Jika Allah tidak izinkan suatu kenikmatan sampai kepada seseorang bagaimana mungkin orang tersebut akan pernah dapat menikmatinya?

Sebenarnya dalam kehidupan di dunia kenikmatan Allah senantiasa tercurah kepada segenap hamba-hambaNya. Bahkan jumlah nikmat yang diterima setiap orang selalu saja jauh melebihi kemampuan orang itu untuk mensyukurinya. Jangankan kemampuan bersyukur seseorang melebihi nikmat yang ia terima dari Allah, bahkan sebatas mengimbanginya saja sudah tidak akan pernah sanggup. Maka, saudaraku, marilah kita lazimkan diri untuk sering-sering mengucapkan kalimat tahmid, baik saat kita menyadari datangnya nikmat maupun tidak.


Kedua, saat merasa berada dalam kondisi rezeki sedang diperlambat. Dalam kondisi seperti ini seorang mukmin disuruh untuk banyak mengucapkan kalimat istighfar. Kalimat istighfar berarti kalimat mengajukan permohonan agar Allah mengampuni dosa-dosa kita. Nabi Hud menyuruh kaumnya untuk beristighfar dan menjamin bahwa dengan melakukan hal itu, maka hujan deras bakal turun. Istilah ”hujan” di dalam tradisi ajaran Islam seringkali bermakna rezeki. Sehingga kaitannya menjadi sangat jelas. Orang yang sedang merasa rezekinya lambat atau seret kemudian ia beristighfar, maka ia sedang berusaha mengundang turunnya hujan alias rezeki dari Allah.

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

“Dan (Hud berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu." (QS Hud ayat 52)



Ketiga, kondisi sedang dilanda kesusahan dalam suatu masalah. Menghadapi kondisi seperti iniNabi shollallahu ’alaih wa sallam menyuruh seorang mukmin untuk membaca kalimat Laa haula walaa quwwata illaa billaahil'aliyyil'adzhim. Kalimat ini sungguh sarat makna yang bermuatan aqidah. Bayangkan, kalimat ini bila diterjemahkan menjadi: Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Kalimat ini kembali mengingatkan kita akan pentingya kemantapan iman Tauhid seorang mukmin. Begitu si mukmin membaca kalimat tersebut dengan penuh pemahaman, penghayatan dan keyakinan, maka saat itu juga jiwanya akan meninggi dan berusaha menggapai kekuatan dan pertolongan Allah yang Maha Kuat lagi Maha Terpuji. Bila Allah telah mengizinkan kekuatan dan pertolonganNya datang kepada seseorang, maka masalah manakah yang tidak bakal sanggup diatasinya?

Oleh karena itu, sekali lagi kami tegaskan, Islam sangat mencela sikap ketergantungan seseorang kepada selain Allah saat menangani masalahnya. Hanya Allah tempat bergantung, tempat kembali dan tempat memohon pertolongan. Hanya Allah tempat kita ber-tawakkal. Malah seorang mukmin tidak boleh ber-tawakkal kepada dirinya sendiri.

ياَ حَيُّ ، يَا قَيُّومُ ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلِّهِ ،

وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ ، وَلَا إِلَى أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ

“Wahai Allah Yang Maha Hidup, wahai Allah Yang Senantiasa Mengurusi, tidak ada tuhan selain Engkau, dengan rahmatMu aku memohon pertolongan, perbaikilah keadaan diriku seluruhnya dan jangan Engkau serahkan nasibku kepada diriku sendiri (walau) sekejap mata, tidak pula kepada seorang manusiapun.” (HR Thabrani 445)..(sumber: eramuslim.com)

tahun baru..harapan baru.

tahun baru 2011..baru saja ku lewati..membawa kesan yg mendalam dalam diriku dan kehidupanku..saat menunggu pergantian tahun..alhamdulillah, saat itu ku dirumah bersalin bunda, sebuah kebahagian datang, dimana ku mendapat anugerah kemenakan baru..kakakku baru saja melahirkan anaknya yg pertama..sungguh sebuah kebahagiaan bagiku dan keluargaku..

menjelang pergantian tahun, seperti biasax, tak kurayakan dengan kembang api ataupun dengan suara terompet.. ku berdiam diri dirumah ..ku hanya lewati dengan coba merenungi perjalananku selama tahun 2010 yg lalu..coba tuk berkaca, apakah yg telah ku perbuat selama tahun kemarin...segala targetku apakah sudah terpenuhi atau belum??.apakah ku telah bisa jadi anak yg berbakti..??

terima kasih ku ucapkan kepada orang tua ku yg telah memberiku kepercayaan dalam melangkah..dan atas segala nasihat yg tak bosan2 diucapkan kepada ku..
terima kasih buat kakak2 ku dan seluruh kerabatku yg terus memberikan dukungan kepadaku..
tak lupa ku ucapkan terima kasih buat teman2ku yg telah menjadi bagian penting dalam hidupku di tahun 2010..maafkan bila ku telah banyak berbuat salah.

Akhirnya , harapan terbesar ku dan kita semua adalah lebih baik dari segi apapun dari tahun-tahun sebelumnya. Amin untuk doa dan harapan kita semua, semoga Allah SWT selalu mengabulkan harapan dan permintaan kita di tahun 2011 ..
amin...

MUSIK

Dilarang Merokok, Ruang Blog ber AC..Terima Kasih.

Cari Blog Ini

Entri Populer

STATISTIK

REKREASI

REKREASI
pantai bolihutuo
WELCOME TO MANTHOBLOG

Followers

Label

KATA BIJAK

Sifat orang yang berilmu tinggi adalah merendahkan hati kepada manusia dan takut kepada Tuhan.

MENGENAL SAYA

Foto saya
GORONTALO, GORONTALO, Indonesia
suka pada kejujuran dan tanpa basa basi
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.