Sajak Persahabatan – Khalil Gibran

Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan.

Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian.

Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “Ya”.
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan.

Label:

BEBAN


Dua orang sahabat berkendaraan sepeda motor yang berbeda pergi menuju suatu tempat yang sama. Walau berangkat secara bersamaan, tapi keduanya tidak berjalan beriringan. Pengendara pertama memacu begitu cepat motornya, sementara yang kedua melaju dengan kecepatan normal.

Sesekali, pengendara kedua melambatkan kendaraannya hanya untuk memuaskan ketakjubannya dengan keindahan taman-taman di tepian jalan. Saat itu, ia seolah sedang menumpang sebuah mobil. Hampir tak satu pun pemandangan menarik yang luput dari pengamatannya.

“Aduh lelahnya!” ucap si pengendara pertama ketika pengendara kedua tiba di tempat tujuan.

“Kamu lelah karena menungguku?” tanya si pengendara pertama menyadari kalau ia datang sangat telat.

“Bukan. Aku lelah karena perjalanan yang begitu jauh,” sahut si pengendara pertama memastikan jawabannya.

“Sahabatku,” ucap si pengendara pertama. “Kamu lelah bukan karena perjalanan yang jauh. Kamu lelah karena menganggap perjalanan ini sebagai beban,” tambah si pengendara pertama lebih dalam. **

Melakoni hidup kadang seperti sedang berkendaraan menuju suatu tempat yang teramat jauh. Untuk sebuah logika normal, perjalanan itu pun harus secepat mungkin ditempuh untuk kemudian tiba di tempat tujuan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.

Padahal, dinamika hidup ini tidak linier seperti garis lurus yang mempunyai simpul-simpul berjajar memenuhi titik-titik persinggahan. Karena jika seperti itu, kita akan abai dengan sisi kehidupan lain yang terpampang di tepian jalan.

Ada yang mudah terlihat, tapi tidak sedikit yang butuh pengamatan penuh ketelitian. Ada yang bisa dilihat dengan mata kepala kita, tapi juga tidak sedikit yang hanya bisa dicermati dengan ketajaman mata hati kita.

Lalui jalan hidup ini. Cermati dan maknai dinamika sekelilingnya sebagai daya dorong menuju tempat tujuan. Dan agar perjalanan ini tidak sekadar beban.

Label:

Kisah Kampung Jawa di Tondano

Sudah beratus tahun keturunan pengikut Kiai Modjo dari Jawa hidup berdampingan tanpa konflik dengan penduduk asli Tondano, Sulawesi Utara. Model toleransi yang berhasil.


DI pantai timur Minahasa, Sulawesi Utara, terdapat sebuah kampung yang dikenal Kampung Jawa Tondano nan unik. Para penghuninya keturunan Kiai Modjo, panglima perang Pangeran Diponegoro dari Jawa Tengah. Anak cucu Kiai Modjo dan para pengikutnya itu beradarah campuran Jawa-Tondano, yang biasa dipanggil dengan sebutan Jawa Tondano (Jaton).

Pada tahun 1829, Kiai Mojo beserta para pengikutnya ditawan oleh Belanda dan diasingkan ke daerah "pemusnahan" di Tondano. Selama menjalani masa pembuangan itu, mereka dilepas begitu saja di daerah yang dikelilingi rawa-rawa, tanpa diberi tempat tinggal. Dan, kepada penduduk asli Tondano, kolonial Belanda menebar isu, mereka penjahat yang sedang menjalani hukuman.

Hanya ketrampilan yang dimiliki para pejuang itu hingga bisa selamat dari upaya pemusnahan secara pelan-pelan. Di antara pengingkut Kiai Modjo ini memang terdapat orang-orang yang sangat paham di bidang pemerintah, kebudayaan, perekonomian, dan pertanian. Bermodalkan keahlian itu, mereka menyulap rawa-rawa menjadi petak-petak sawah yang menghasilkan.

Melihat ketrampilan para kaum "buangan" itu, rupanya diam-diam warga asli Tondano mulai menaruh simpati kepada Kiai Modjo dan pengikutnya. Itu tergambar dari tindakan para Kepala Walak (pemimpin kelompok rakyat di Tondano) yang menyediakan tanah untuk pemukiman baru buat para pendatang dari Jawa itu. Dan, itulah yang menjadi cikal bakal Kampung Jawa Tondano.

Kampung yang terletak di desa Tonsea Lama, kecamatan Airmadidi itu kini berpenduduk 700 kepala keluarga dengan sekitar 21 ribu jiwa. Mereka taat menjalankan syariat Islam dan tetap setia pada adat istiadat leluhurnya, Jawa. Selama beratus tahun mereka hidup berdampingan secara damai dengan penduduk asli yang mayoritas beragama Kristen. Suara azan yang menggema dari menara masjid dan bunyi lonceng di gereja menjadi "nyanyian" yang menenteramkan.

Proses pembauran pun terjadi secara alami melalui perkawinan. Para pejuang yang seluruhnya laki-laki "memetik" dara asli Tondano. Terkecuali Kiai Modjo yang ketika itu sudah uzur dan akhirnya wafat 20 Desember 1849, Kamis Pon, 5 Sura Tahun Djimakir 1778 (4 Muharam 1266). Jenasahnya dikebumikan sekitar 2,5 kilometer sebelah tenggara Kampung Jawa Tondano.

Dari perkawinan generasi pertama lahirlah generasi baru yang ibunya asli Minahasa. Sejak itu, tercipta kebudayaan baru, perpaduan Jawa dan Tondano. Mereka menggunakan bahasa Tondano diperkaya ungkapan bahasa Jawa. Maka jangan heran kalau mendengar orang Jaton menyebut sambel, sego (nasi), jangan (sayur), kobokan (tempat cuci tangan), atau ndok (telur).

Label:

Pahlawan Nusantara yang di Buang ke Jaton (Jawa Tondano)

bad 18 adalah pucak perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda di Nusantara. Perlawanan terhadap Belanda ini umumnya bersifat kedaerahan dengan berbagai macam sebab seperti kekecewaan satu pihak karena keberpihakan Belanda pada pihak yang lain, eksploitasi masyarakat, pemaksaan hukum-hukum Belanda yang merecoki budaya dan syariat islam dan lain-lain.

Akibatnya beberapa tokoh agama islam yang dipandang dapat membahayakan kepentingan Belanda di daerah ditangkapi dan diasingkan, beberapa diantaranya di “buang” ke Minahasa pada periode 1845 – 1900. Mereka berasal dari daerah yang sekarang ini disebut Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Sumtera Utara (Aceh). Meskipun total jumlah mereka tidak sebanyak kelompok Kyai Modjo, hanya sekitar 15 orang, namun keberadaan mereka di Kampung jawa Tondano dan sekitarnya dengan membawa kebudayaan mereka telah turut mempengaruhi budaya termasuk penganan masyarakat kampung Jawa Tondano dikemudian hari.

Kelompok yang datang kemudian ke Kampung Jawa Tondano tersebut adalah:

Tahun 1846 : Kyai Hasan Maulani (Asal Lengkong Cirebon)

Pada seperempat abad 18 tarekat syattariyah adalah tarekat yang paling tersebar luas di daerah Banyumas. Diperkirakan, tarekat ini bersumber dari murid-murid Syekh Abdul Mukhyi, Garut, seorang mursyid tarekat Syattariyah yang mendapatkan ijazah irsyad-nya dari Syekh Abdurrauf Singkel, Aceh. Di Banyumas, Syattariyah menciptakan varian baru yang menggabungkan beberapa ajaran tarekat lain, seperti Rifaiyah dan Naqsabandi-Qodiriyah. Tarekat ini dikenal dengan nama tarekat Akmaliyah/Kamaliyah. Kyai Hasan Maulani adalah guru sekaligus pendiri tarekat Akmaliyah di Cirebon.

Mendasarkan pada studi Drewes, Bruinessen dan Steenbrink menyatakan bahwa Akmaliyah merupakan tarekat yang kental dengan ajaran wahdatul wujud dan sinkretisme Jawa.

Banyaknya pengikut tarekat Akmaliyah menakutkan penguasa saat itu. Hal ini mendorong Belanda membuang Kyai Hasan Maulani ke Tondano pada tahun 1846.

Tahun 1848 : Pangeran Ronggo Danupoyo (Asal Surakarta Jawa tengah)

Pangeran Ronggo Danupoyo adalah anak dari Pangeran aryo Danupoyo atau cucu dari Sunan Pakubuwono IV di Surakarta Jawa Tengah. Beliau menentang kebijakan Belanda, dank arena itu ia dibuang ke Tondano. Di kampung Jawa Tondano Ronggo Danupoyo menikah dengan putri dari Suratinoyo dan memperoleh 6 orang anak, satu anaknya kembali ke Jawa sedangkan 5 anaknya yang lain (2 laki dan 3 perempuan) tetap tinggal di kampong Jawa Tondano. Dari 2 orang anak laki-lakina (Raden Glemboh dan Raden Intu) menurunkan keluarga (fam) Danupoyo sekarang ini.

Tahun 1850-an : Imam Bonjol (Asal Sumatra Barat)

Peto Syarif yang kemudian lebih dikenal dengan Tuanku Imam Bonjol dilahirkan pada tahun 1772 di Kampung Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman Sumatra Barat. Ia dilahirkan dalam lingkungan agama. Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian daribeberapa orang ulama lainya, seperti Tuanku Nan Renceh. Imam Bonjol adalah pendiri negeri Bonjol. Dia adalah pemimpin yang paling terkenal dalam gerakan Padri di Sumatra, yang pada mulanya menentang perjudian, adu ayam, penggunaan opium, minuman keras, tembakau, dll., tetapi kemudian mengadakan perlawanan terhadap penjajahan Belanda, yang mengakibatkan perang Padri (1821-1838).

Pada tahun 1837, desa Imam Bonjol berhasil diambil alih oleh Belanda, dan Imam Bonjol akhirnya menyerah. Dia kemudian diasingkan di beberapa tempat, dan pada akhirnya dibawa ke Minahasa. Di sana Tuanku Imam Bonjol wafat tanggal 6 Nopember 1864 dalam usia 92 tahun, dikebumikan di Desa Lotak Pineleng berjarak 25 km dari Tondano ke arah Manado.

Bebrapa pengikut Imam Bonjol kemudian menikah dengan wanita kampung Jawa Tondano adalah; Malim Muda (menikah dengan cucu Kyai Demak), Haji Abdul Halim (menikah dengan Wonggo-Masloman), Si Gorak Panjang (menikah dengan putri Nurhamidin), dan Malim Musa. Dari (diantara) mereka menurunkan keluarga (fam) Baginda di Minahasa dewasa ini.

Tahun 1861 : K.H. Ahmad Rifa'i (Asal Kendal, Jawa Tengah)

Kiai Haji Ahmad Rifai dilahirkan pada 9 Muharam 1200 H atau1786 di desa Tempuran Kabupaten Semarang. Beliau sorang ulama keturunan Arab, memimpin suatu pesantren di Kendal Jawa Tengah. Setelah beberapa kali keluar masuk penjara Kendal dan Semarang karena dakwahnya tegas, dalam usia 30 tahun.

Tahun 1272 H ( 1856 ) adalah merupakan tahun permulaan krisis bagi gerakanKiai Haji Ahmad Rifai . Hal ini disebabkan hampir seluruh kitab karangan ( dan Hasil tulisan tangan beliau ) disita oleh pemerintah Belanda , disamping itu para murid dan Ahmad Rifai sendiri terus - menerus mendapat tekanan Belanda . Sebelum Haji Ahmad Rifai diasingkan dari kaliwungu Kendal Semarang , tuduhan yang dikenakan hanyalah persoalan menghasut pemerintah Belanda dan membawa Haji Ahmad Rifai dipenjara beberapa hari di Kendal , Semarang dan terakhir di Wonosobo .

Tahun1859 Ahmad Rifa’i diasingkan Belanda ke Ambon, kemudian diasingkan lagi ke Tondano pada tahun 1861 bergabung dengan group Kyai Modjo. Di Kampung Jawa Tondano K.H Ahmad Rifa’i menciptakan kesenian terbang (rebana) disertai dengan lagu-lagu, syair-syair, nadzam-nadzam yang diambil dari kitab karangannya.

K.H Ahmad Rifa’iwafat di Kampung Jawa Tondano pada Kamis 25 Robiul Akhir 1286 H atau tahun 1872 (usia 86 tahun) dan dimakamkan dikomplek makam Kyai Modjo.

Tahun 1880: Sayid Abdullah Assagaf (Asal Palembang, Sumatra selatan).

.Sayed Abdullah Assagaf adalah orang Arab yang lahir di Palembang, Sumatra Selatan. Belanda mengasingkannya ke Tondano pada tahun 1880 kerana menganggapnya menghasut masyarakat untuk melawan Belanda. Di Palembang Assagaf konon ia menikah dengan wanita Belanda (Nelly Meijer) putri Residen Bengkulu. Dari perkawinannya dengan wanita Belanda ini ia memperoleh satu orang anak laki-laki (Raden Nguren/Nuren). Sebelum nenikah dengan Assagaf, Nelly Meijer adalah janda beranak satu dari perkawinannya dengan adik Sultan Palembang (Mahmud Badaruddin II). Nelly Meijer dan kedua anaknya kemudian menyusul ke Kampung Jawa Tondano dan Raden Nuren kemudian menikah dengan wanita Minahasa asal Remboken. Anak Nelly Meijer yang satunya lagi (hasil perkawinan dengan adik sultan Palembang) menikah di Kampung Jawa Tondano dan menurunkan keluarga (fam) Catradiningrat.

Di Kampung Jawa Tondano Sayed Abdullah Assagaf menikah (lagi) dengan Ramlah Suratinoyo dan memiliki 7 orang anak, dan dari mereka menurunkan keluarga (fam) Assagaf di Kampung Jawa Tondano.

Keberadaan Abdullah Assagaf di Kampung Jawa Tondano telah men”distorsi” budaya kampung Jawa Tondano yang semula sangat kental dengan budaya jawa. Abdullah Assagaf berhasil mentransfer dan mengawinkan budaya Arab-Sumatra dengan budaya jawa dan melahirkan budaya jaton generasi ketiga.

Tahun 1884:Gusti (Pangeran) Perbatasari (Banjarmasin, Kalimantan).

Pangeran Perbatasari melakukan pemberontakan terhadap Belanda namun kemudian ia tertangkap di daerah Kutai ketika dalam perjalanan membeli persenjataan dan tahun 1884 diasingkan ke kampung Jawa tondano.

Di Kampung jawa Tondano Pangeran Perbatasari menikah dengan dengan wanita JATON. Satu orang saudara laki-lakinya (Gusti Amir) kemudian menyul ke Kampung Jawa Tondano dan menikah dengan wanita JATON (fam.Sataruno).

Tahun 1895: Tengku Muhammad / Umar (Asal Aceh).

Tengku Muhammad atau Tengku Umar (bukan Tengku Umar pahlawan Aceh) diketahui tidak mempunyai keturunan di jaton.

Tahun 1889 : Banten Group.

Pada tanggal 9 Juli 1888 di Cilegon (Banten – Jawa Barat) meletus perlawanan rakyat (disebut Geger Cilegon) terhapap pemerintah colonial Belanda. Geger Cilegon dipimpin oleh pemuka islam Cilegon antara lain Haji Abdul karim pemimpin tarekat di Lempuyang), Haji Tubagus Ismail, Haji Marjuki, dan Haji Wasid (pemimpin pesantren di Beji-Bojonegara, beliau murid Syekh Nawawi Al Bantani). Pada saat itu Banten sedang dihadapi bencana besar. Setelah meletusnya Gunung Karakatau pada tahun 1883 yang merenggut 20.000 juta jiwa lebih, disusul dengan berjangkitnya wabah penyakit hewan (1885) pada saat itu masyarakat banyak yang percaya pada tahayul dan perdukunan. Di desa Lebak Kelapaterdapat satu pohon besar yang sangat dipercaya oleh masyarakat memiliki keramat. Berkali-kali H. Wasid memperingati masyarakat. Namun bagi masyarakat yang tidak mengerti agama, fatwanya itu tidak diindahkan. H. Wasid tidak dapat membiarkan kemusrikan berada didepan matanya. Bersama beberapa muridnya, beliau menebang pohon besar tersebut. Kejadian inilah yang menyebabkan beliau dibawa ke pengadilan (18 Nopember 1887), belaiu didenda 7,50 gulden. Hukuman tersebut menyinggung rasa keagamaan dan harga diri murid-murid dan para pendukungnya. Selain itu, penyebab terjadinya persitiwa berdarah, Geger Cilegon adalah dihancurkannya menara langgar di desa Jombang Wetan atas perintah Asisten Residen Goebel.Goebel menganggap menara tersebut mengganggu ketenangan masyarakat, karena kerasnya suara. Selain itu Goebel juga melarangang Shalawat, Tarhim dan Adzan dilakukan dengan suara yang keras. Kelakuan kompeni yang keterlaluan membuat rakyat melakukan pemberontakan.Pada hari Senin tanggal 9 Juli 1888 diadakan serangan umum. Dengan memekikan Takbirpara ulama dan murid-muridnya menyerbu beberapa tempat yang ada di Cilegon. Pada peristiwa tersebut Henri Francois Dumas - juru tulis Kantor Asisten residen - dibunuh oleh Haji Tubagus Ismail. Demikian pula Raden Purwadiningrat, Johan Hendrik Hubert Gubbels, Mas Kramadireja dan Ulrich Bachet, mereka adalah orang-orang yang tidak disenangi oleh masyarakat.Cilegon dapat dikuasio oleh para pejuang "Geger Cilegon". Tak lama kemudian datang 40 orang serdadu kompeni yang dipimpin oleh Bartlemy. Terjadi pertempuran habet antara para pejuang dengan serdadu kompeni. hingga akhirnya pemberontakan tersebut dapat dipatahkan. Haji Wasid dihukum gantung. Sedangkan yang lainnya dihukum buang. Diantaranya adalah Haji Abdurrahman dan Haji Akib dibuang ke Banda. Haji Haris ke Bukittinggi Haji Arsyad thawil ke Gorontalo, Haji Arsyad Qashir ke Buton, Haji Ismail ke flores, selainnya dibuang ke Tondano, Ternate, Kupang, Manado, Ambon dan lain-lain. Semua pemimpin yang dibuang berjumlah 94 orang. Dari jumlah tersebut ada 4 orang yang dibuang ke kampung Jawa Tondano dan kemudian menikah dengan wanita Jaton.adalah Haji Abdul Karim (menikah dengan fam Haji Ali), Haji Muhammad Asnawi (menikah dengan fam Haji Ali) , Haji Jafar (menikah dengan fam Maspekeh) dan Haji Mardjaya. Keturunan mereka menggunakanfam Tubagus.

Tahun 1900: Haji Saparua (Asal Maluku).

Haji saparua menikah di Tondano (Babcock, 1989) namun tidak ada catatan mengenai keturunannya.



Sumber: http://kiaimojo.blogspot.com/2008/05/x-tokoh-nusantara-lainnya-yang.html

Label:

MUSIBAH ADALAH UJIAN BAGI SETIAP MUKMIN

Oleh Abu Ahmad Fuad Hamzah Baraba`, Lc.

Segala puji dan syukur hanya milik Allah Ta’ala yang telah berfirman dalamm kitab-Nya:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah: 155-157), shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang telah diuji oleh Allah U dengan berbagai macam ujian, namun beliau selalu bersabar dan bersyukur, serta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Tidak samar bagi setiap orang, bahwasanya dalam kehidupan dunia ini tidak lepas dari ujian dan cobaan, serta musibah yang menimpa kita. Setiap mukmin pasti akan menghadapi berbagai macam ujian, karena Allah ta’ala tidak akan membiarkan begitu saja orang yang mengaku dirinya beriman tanpa adanya ujian. Allah Ta’ala berfirman dalam surat al-Ankabut:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. al-Ankabut: 2-3)

Ya, kita semua berada dalam ruang ujian yang besar, ujian dalam kehidupan dunia. Semua yang ada padanya adalah ujian dan cobaan. Harta, anak dan istri, kekayaan dan kemiskinan serta kesehatan dan penyakit adalah ujian, dan kita akan diuji pada setiap apa yang kita miliki.

Allah ta’ala berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS. al-Anbiya`: 35)

Namun apa pun ujian dan cobaan yang menimpa kita, maka itulah yang terbaik, apabila kita bersyukur terhadap nikmat-Nya dan bersabar atas cobaan-Nya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh unik perkaranya orang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya baik, dan itu tidaklah dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Apabila ia diberi nikmat, ia bersyukur, dan ini baik baginya dan apabila ditimpa musibah, dia bersabar, dan ini baik pula baginya.” (HR. Muslim)

Dan hendaknya kita yakin akan takdir Allah, baik dan buruknya. Karena ini merupakan hal yang penting sekali bagi seseorang yang ditimpa musibah. Ketika dia yakin, insya Allah musibah itu akan terasa ringan bagi kita. Oleh karena itu, kita harus yakin sesungguhnya segala cobaan dan musibah yang menimpa kita tidak lepas dari takdir Allah.

Allah ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. al-Hadid: 22-23)

Beberapa hikmah dan pelajaran dari musibah yang menimpa kita:

1. Dalam musibah ada pelajaran tauhid, keimanan dan tawakal. Bukankah kita jadi mengetahui bahwa kita adalah hamba yang lemah dan tidak memiliki daya atau upaya, kecuali hanya dari Allah semata, maka bertawakallah hanya kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, serta kembali kepada-Nya karena Allah Maha Mampu dalam segala hal. Kita hanyalah hamba yang lemah dan dhaif, maka kembalilah kepada yang Maha Perkasa lagi Maha Berkuasa.

2. Dengan adanya musibah kita menjadi tahu akan hakekat dunia dan berbagai macam tipu daya yang ada di dalamnya. Karena kehidupan yang sempurna hanya ada di akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui. (QS. al-Ankabut: 64)

3. Musibah mengingatkan kita akan karunia dan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada kita, dalam bentuk kesehatan. Dengan adanya musibah ini merupakan penjelasan yang gamblang dan sangat jelas sekali akan makna nikmatnya sehat, dimana kita merasakan sehat selama bertahun-tahun, tapi kita lalai akan hal itu, tatkala dengan tiba-tiba nikmat sehat itu hilang kita baru sadar akan nikmatnya sehat. Betulah apa yang dikatakan seseorang:

الصحة تاج على رؤوس الأصحاء لا يراه إلا المرضى

“Kesehatan bagai mahkota yang ada di atas kepala orang-orang yang sehat, yang tidak dilihat kecuali oleh orang-orang yang sakit”.

4. Musibah merupakan peringatan bagi kita, supaya kita tidak terlalu gembira yang berlebihan dan tidak mudah berputus asa.

Allah Ta’ala berfirman:

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. al-Hadid: 22-23)

5. Musibah dapat mengingatkan aib diri kita, agar kita dapat bertaubat dari dosa-dosa.

Allah Ta’ala berfirman:

مَّا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولاً وَكَفَى بِاللّهِ شَهِيداً

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (QS. an-Nisa`: 79)

Dan juga firman-Nya:

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. asy-Syura: 30)

Bahkan dengan adanya musibah, ini merupakan kesempatan untuk bertaubat sebelum diturunkannya adzab yang lebih besar, dimana Allah ta’ala berfirman:

Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azhab yang dekat (di dunia) sebelum azhab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. as-Sajdah: 21)

6. Musibah bisa melatih kesabaran. Bukankah kita butuh kesabaran dalam segala hal? Kita tidak akan dapat teguh di atas al-haq kecuali dengan bersabar dalam mentaati Allah, kita tidak akan dapat menjauhi kebatilan kecuali dengan cara sabar untuk tidak bermaksiat kepada Allah. Alangkah indahnya kesabaran itu, dan kesabaran adalah bekal yang dapat mengantarkan ke surga yang penuh dengan keabadian.

Allah ta’ala berfirman:

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (QS. Fushshilat: 35)

Dan akhirnya, mudah-mudahan kita dapat memperoleh pahala dari musibah yang ada, dimana tak ada jalan untuk memperoleh pahala kecuali dengan kesabaran dan tak ada kesabaran kecuali dengan keinginan yang tulus dan penuh keyakinan. Allahu Ta’ala a’lam.

Label:

GURU

Barangsiapa mau menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain,
dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata.
Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan membetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan membetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.

Label:

KEKUATAN TERSEMBUNYI PETIR



Satu kilatan petir menghasilkan listrik lebih besar daripada yang dihasilkan Amerika.
Di malam hari, saat hujan deras, langit tiba-tiba menyala, tak lama kemudian disusul oleh suara menggelegar. Tahukah Anda bagaimanakah petir luar biasa yang menerangi langit muncul? Tahukah Anda seberapa banyak cahaya yang dipancarkannya? Atau seberapa besar panas yang dilepaskannya?
Satu kilatan petir adalah cahaya terang yang terbentuk selama pelepasan listrik di atmosfer saat hujan badai. Petir dapat terjadi ketika tegangan listrik pada dua titik terpisah di atmosfer – masih dalam satu awan, atau antara awan dan permukaan tanah, atau antara dua permukaan tanah – mencapai tingkat tinggi.

Kilat petir terjadi dalam bentuk setidaknya dua sambaran. Pada sambaran pertama muatan negatif (-) mengalir dari awan ke permukaan tanah. Ini bukanlah kilatan yang sangat terang. Sejumlah kilat percabangan biasanya dapat terlihat menyebar keluar dari jalur kilat utama. Ketika sambaran pertama ini mencapai permukaan tanah, sebuah muatan berlawanan terbentuk pada titik yang akan disambarnya dan arus kilat kedua yang bermuatan positif terbentuk dari dalam jalur kilat utama tersebut langsung menuju awan. Dua kilat tersebut biasanya beradu sekitar 50 meter di atas permukaan tanah. Arus pendek terbentuk di titik pertemuan antara awan dan permukaan tanah tersebut, dan hasilnya sebuah arus listrik yang sangat kuat dan terang mengalir dari dalam jalur kilat utama itu menuju awan. Perbedaan tegangan pada aliran listrik antara awan dan permukaan tanah ini melebihi beberapa juta volt.
Energi yang dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar daripada yang dihasilkan oleh seluruh pusat pembangkit tenaga listrik di Amerika. Suhu pada jalur di mana petir terbentuk dapat mencapai 10.000 derajat Celcius. Suhu di dalam tanur untuk meleburkan besi adalah antara 1.050 dan 1.100 derajat Celcius. Panas yang dihasilkan oleh sambaran petir terkecil dapat mencapai 10 kali lipatnya. Panas yang luar biasa ini berarti bahwa petir dapat dengan mudah membakar dan menghancurkan seluruh unsur yang ada di muka bumi. Perbandingan lainnya, suhu permukaan matahari tingginya 700.000 derajat Celcius. Dengan kata lain, suhu petir adalah 1/70 dari suhu permukaan matahari. Cahaya yang dikeluarkan oleh petir lebih terang daripada cahaya 10 juta bola lampu pijar berdaya 100 watt. Sebagai pembanding, satu kilatan petir menyinari sekelilinginya secara lebih terang dibandingkan ketika satu lampu pijar dinyalakan di setiap rumah di Istanbul. Allah mengarahkan perhatian pada kilauan luar biasa dari petir ini dalam Qur'an,
"...Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (QS. An Nuur, 24:43)
Kilatan yang terbentuk turun sangat cepat ke bumi dengan kecepatan 96.000 km/jam. Sambaran pertama mencapai titik pertemuan atau permukaan bumi dalam waktu 20 milidetik, dan sambaran dengan arah berlawanan menuju ke awan dalam tempo 70 mikrodetik. Secara keseluruhan petir berlangsung dalam waktu hingga setengah detik. Suara guruh yang mengikutinya disebabkan oleh pemanasan mendadak dari udara di sekitar jalur petir. Akibatnya, udara tersebut memuai dengan kecepatan melebihi kecepatan suara, meskipun gelombang kejutnya kembali ke gelombang suara normal dalam rentang beberapa meter. Gelombang suara terbentuk mengikuti udara atmosfer dan bentuk permukaan setelahnya. Itulah alasan terjadinya guntur dan petir yang susul-menyusul.
Saat kita merenungi semua perihal petir ini, kita dapat memahami bahwa peristiwa alam ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Bagaimana sebuah kekuatan luar biasa semacam itu muncul dari partikel bermuatan positif dan negatif, yang tak terlihat oleh mata telanjang, menunjukkan bahwa petir diciptakan dengan sengaja. Lebih jauh lagi, kenyataan bahwa molekul-molekul nitrogen, yang sangat penting untuk tumbuhan, muncul dari kekuatan ini, sekali lagi membuktikan bahwa petir diciptakan dengan kearifan khusus.
Allah secara khusus menarik perhatian kita pada petir ini dalam Al Qur'an. Arti surat Ar Ra’d, salah satu surat Al Qur'an, sesungguhnya adalah "Guruh". Dalam ayat-ayat tentang petir Allah berfirman bahwa Dia menghadirkan petir pada manusia sebagai sumber rasa takut dan harapan. Allah juga berfirman bahwa guruh yang muncul saat petir menyambar bertasbih memujiNya. Allah telah menciptakan sejumlah tanda-tanda bagi kita pada petir. Kita wajib berpikir dan bersyukur bahwa guruh, yang mungkin belum pernah dipikirkan banyak orang seteliti ini dan yang menimbulkan perasaan takut dan pengharapan dalam diri manusia, adalah sebuah sarana yang dengannya rasa takut kepada Allah semakin bertambah dan yang dikirim olehNya untuk tujuan tertentu sebagaimana yang Dia kehendaki.

MUSIK

Dilarang Merokok, Ruang Blog ber AC..Terima Kasih.

Cari Blog Ini

Entri Populer

STATISTIK

REKREASI

REKREASI
pantai bolihutuo
WELCOME TO MANTHOBLOG

Followers

Label

KATA BIJAK

Sifat orang yang berilmu tinggi adalah merendahkan hati kepada manusia dan takut kepada Tuhan.

MENGENAL SAYA

Foto saya
GORONTALO, GORONTALO, Indonesia
suka pada kejujuran dan tanpa basa basi
Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.